Megadeth’s new album, Super Collider (2013)

Pertama-tama saya ucapkan terimakasih bagi pembaca yang telah sudi mengunjungi blog ini walaupun tidak secara rutin penulis update.

Memulai kembali untuk menulis adalah hal yang sulit bagi penulis. Tapi setelah mendengar album terbaru dari band heavy metal bernama Megadeth, penulis tergerak kembali untuk menulis. Kenapa? Karena penulis terus terang sedikit terganggu dengan album yang berjudul Super Collider yang dirilis Juni 2013 ini.

Yang menganggu penulis disini adalah perubahan penurunan tempo dari band yang disebut sebut salah satu dari “big four” dari band Heavy Metal. Di album ini, Megadeth ber transformasi dari heavy metal yang menggebu (dimulai kembali di album Endgame setelah terjadi penurunan tempo di album Countdown to Extinction) ke sejenis hard rock dan ada yang terdengar seperti rock n roll dan blues! Kelihatannya Dave Mustaine dan Chris kehilangan ide setelah habis-habisan di Endgame (2009) dan Thirteen (2011). Dalam hal ini Mustaine membela diri bahwa album baru ini berasal dari curahan hati/jiwa-nya bukan dari apa dalam pikirannya. Artinya apa yang diinginkan Mustaine itulah yang dituangkannya ke album ini. Egoistis memang, tapi bisa dimaklumi mengingat faktor umur.  Hanya di beberapa lagu Megadeth masih menunjukkan taring sebagai band heavy metal legendaris.

Megadeth  are:

Dave Mustaine (vokal, gitar)
David Ellefson (bass)
Shawn Drover (drum)
Chris Broderick (lead gitar)

Gambar

Super Collider’s lists

1. “Kingmaker” Dave MustaineDavid Ellefson 4:16
2. Super Collider Mustaine 4:11
3. “Burn!” Mustaine 4:11
4. “Built for War” Mustaine, Shawn DroverChris Broderick 3:57
5. “Off the Edge” Mustaine 4:11
6. “Dance in the Rain” (Featuring David Draiman) Mustaine 4:45
7. “Beginning of Sorrow” Mustaine, Ellefson, Broderick 3:51
8. “The Blackest Crow” Mustaine 4:27
9. “Forget to Remember” Mustaine 4:28
10. “Don’t Turn Your Back…” Mustaine 3:47
11. Cold Sweat” (Thin Lizzy cover) Phil LynottJohn Sykes 3:10

Di album ini, penulis menjagokan lagu seperti Kingmaker, Super Collider, Burn!, dan Off the Edge,

Rating : 3 of 5 stars

Source : wikipedia and others

KoRn, The Path Of Totality

Akhirnya tulisan ini jadi juga diketik (?).

Lho? Kenapa?

Setelah berjuang melawan kejenuhan untuk menulis, akhirnya penulis terusik kembali mem-posting tulisan baru karena dua hal; Pertama, ingin kembali mengasah kemampuan menulis. Kedua, terusik dengan album baru KoRn yang berjudul “The Path of Totality”  yang secara resmi dirilis pada 2 Desember 2011.

Nah, pada kali ini, album Korn terbaru itulah yang akan penulis bahas.

Awalnya penulis merasa surprise dengan album terbaru band yang sering disebut beraliran Nu Metal asal California ini.  Dan semakin terkejut dengan secara total, Korn merubah aliran musiknya menjadi beraliran dubstep.

Statement dari Roadrunner, label rekaman mereka;

The Path of Totality is unlike any previous Korn release; it’s an experimental record which finds the band shifting gears and exploring new territory. For the record, Korn collaborated with some of the leading dubstep and electronic music producers in the world, including Skrillex, Excision, Datsik, Noisia, Kill the Noise, and 12th Planet. The result is something completely new, yet utterly and definitively Korn

Apa itu dubstep? Secara singkat dubstep merupakan jenis dari aliran “electronic dance music” dimana yang lebih menonjol adalah  bebunyian bass dan drum dengan sampling (suara) yang terpotong-potong/terpatah-patah. Dulu Korn pernah melakukannya pada lagu “Kick the P.A”, dan kini secara drastis melakukannya pada keseluruhan album. Bentuk evolusi dari Korn-kah, atau kebosanan personil Korn atas music yang selama ini mereka usung (Nu Metal) dimana mereka telah mencoba kembali ke akar musik yang membuat mereka terkenal  pada album sebelumnya (Korn III : Remember Who You Are).

Lanjutkan membaca

Universal Pulse 311

Universal Pulse adalah album kesepuluh dari band rock, 311.  Album sebelumnya dari band ini berjudul Uplifter (2009). Album terbaru ini dirilis pada bulan Juli,2011.

Band ini merupakan salah satu band rock favorit penulis. Campuran rock, reggae, dan rap membuat penulis sangat menyukai band ini, dimulai pada album 311 (blue album,1995), walaupun band ini sudah eksis dan mengeluarkan dua album awal, Music (1993) dan Grassroots (1994).

Yang menarik pada album baru ini, band ini semakin dewasa dan terkesan “enjoyable sounds” (penulis mengistilahkannya demikian), walaupun musik mereka berakar pada rock. Jadi, musik rock ternyata dapat pula didengarkan dengan menyenangkan, tidak melulu harus ber-keras-keras (hard).

311 new album, Universal Pulse

Track list Universal Pulse:

1. “Time Bomb”                            3:16

2. “Wild Nights”                            3:38

3. “Sunset in July”                       3:53

4. “Trouble”                                    3:31

5. “Count Me In”                           3:24

6. “Rock On”                                   3:27

7. “Weightless”                              3:19

8. “And a Ways to Go”                4:18

Tidak seperti album album sebelumnya, album ini  berdurasi pendek, lebih kurang 30 menit. Terasa sebentar untuk menikmati kesenangan dari album ini. Kesan pertama dari singel persana, Sunset in July, belumlah menggoda. Namun setelah mendengarkan full album, baru bisa dinikmati keasyikan lagu-lagu terbaru band ini.

Rating album: 4/5 stars (four of five stars)

Selamat menikmati “enjoyable sounds of rock“!!

Diamond Eyes (Deftones,2010)

Diamond Eyes adalah album terbaru dan ke-6 dari band beraliran Nu-Metal asal California, Amerika Serikat yang bernama Deftones. Band ini masuk ke “mainstream” band rock setelah mengeluarkan album keduanya, Around The Fur dan mempunyai basis fans yang fanatik.

Terus terang saya kecolongan mengenai  keluarnya album Deftones ini karena sesungguhnya telah rilis resmi pada Mei 2010. Lalu kenapa saya review sekarang? Pencetusnya tidak lain adalah kedatangan Deftones ke Indonesia dalam rangka tur. Saya menjadi penasaran apa yang ditawarkan Deftones mengingat band ini sempat dinyatakan dalam status tidak jelas menyusul kecelakaan parah yang mengakibatkan pemain bass, Chi Cheng, mengalami koma, juga pembatalan rilis album yang sementara diberi nama, Eros, yang seharusnya menjadi rilis ke-6 dari band ini.

Dan awal Februari ini saya googling (biasaaa…. Thx Google) dan surprise ternyata band ini kembali merilis rekaman terbaru, dengan merekrut Sergio Vega sebagai pemain bass. Dan setelah mendengar sebelas lagu dari album ini, kesan pertama yang saya dapat adalah: album ini sungguh menarik. Kesan menarik sudah dimulai pada lagu pertama “Diamond Eyes”. Lagu ini bertempo pelan, tapi entah kenapa, vokal Chino Moreno seakan “menghanyutkan”… Coba dengar sendiri deh… Saya punya album Deftones (2003) dan telah mendengarkan  Saturday Night Wrist (2006), namun album ini serasa memberi lebih. Dan diakui sendiri oleh personil Deftones bahwa “Diamond Eyes” adalah rekaman terbaik yang pernah mereka buat sampai saat ini. Jadi bertanya-tanya seperti apa rasanya Eros….

Penerimaan atas album ini sangat baik. Bahkan para pengamat musik rata-rata memberi poin positif akan album ini. Penulis pun berpendapat sama. Bukan ikut-ikutan lho, tapi memang betul. “My Own Summer” adalah lagu yang paling mudah diingat, kecewa pada album Deftones (2003) dan mulai membaik di album Saturday Night Wrist, dan album “Diamond Eyes” secara album adalah yang terbaik dari band ini.

Personil:

Chino Moreno (vokal,gitar), Abe Cunningham (drum),  Stephen Carpenter (gitar), Frank Delgado (kibor,samples), Sergio Vega (bass). Chi Cheng masih dianggap sebagai personil Deftones.

Track List:

1. “Diamond Eyes” – 3:08

VIDEO KLIP “Diamond Eyes”

2. “Royal” – 3:32

3. “CMND/CTRL” – 2:25

4. “You’ve Seen the Butcher” – 3:31

5. “Beauty School” – 4:47

6. “Prince” – 3:36

7. “Rocket Skates” – 4:14

8. “Sextape” – 4:01

9. “Risk” – 3:38

10. “976–EVIL” – 4:32

11. “This Place Is Death” – 3:48

Rating: 3.5 of 5 Stars

Source : wikipedia dan lainnya.

Mr. Big … sweet reunion…

Surprise juga mendengar band hard rock ini kembali eksis. Setelah dua personilnya sibuk dengan proyek diluaran yang membuat Mr. Big pecah, dimulai hengkangnya Paul Gilbert pada tahun 1997, disusul ole Billy Sheehan di tahun 2001.

Band ini kembali be-reuni (lagi musim yaa sekarang?) dengan personil awal, yaitu Eric Martin (vokal), Paul Gilbert (gitar),  Billy Sheehan (bass) dan Pat Torpey (drum) — merilis album baru setelah vakum (merilis album), terakhir di tahun 2001, berjudul “What If…

What If...Band yang berdiri pada tahun 1988 ini mempunyai corak yang menonjolkan duet dari gitar dan bass secara intens. Vokal Eric yang nge-pop dan gebukan Pat yang mantap memberi warna tersendiri pada band ini. Cukup mengherankan bagi penulis bahwa band sebagus ini tidak begitu sukses di negara asalnya, Amerika, tapi menuai sukses di Asia, khususnya di Jepang.

Album baru yang dirilis pertama kali di Jepang pada 15 Desember 2010 (belahan dunia lain pada awal tahun 2011) ini kembali menonjolkan kecepatan jari jemari Gilbert pada dawai gitar dan Sheehan pada bass-nya. Dan secara umum, permainan keduanya terasa begitu kompak dan bersemangat.

First single, Undertow

Tracklist:

1. Undertow

2. American Beauty

3.  Stranger in my life

4. Nobody takes the blame

5. Still an’t enough for me

6. Once upon a Time

7. As Far As I Can See

8. All The Way Up

9. I Won’t Get In My Way

10. Around the World

11. I Get The Feeling

Secara umum, album baru ini cukup berhasil menunjukkan semangat reuni personil Mr. Big. Kita memang tak akan menemui lagu slow sefenomenal  semacam “To Be With You”, tapi Mr Big tetap menyisipkan lagu pelan berjudul ” All The Way Up” .  Singel pertama dari album ini adalah “Undertow”. Bila di rata-rata, album “What If…” ini layak dengar. Enjoy…!

Rating: 3.25/5 stars